• All
  • Seni Budaya
  • Gosip
  • Hukum dan Kriminal
gravatar

Petani Memerankan Lakon Bangsawan Dengan Sempurna




Amanjiwo Akan Arahkan Tamu Ke Studio Mendut

Seniman petani Magelang yang tergabung dalam Komunitas Lima Gunung (KLG) kembali menggelar pementasan kesenian tradisional wayang orang dengan mengangkat cerita Arjuna Wiwaha berdurasi 60 menit. Namun pertunjukan yang digelar di Studio Mendut, Jalan Raya Mendut, Kecamatan Mungkid, kabupaten Magelang pada Kamis (15/9) malam ini dikemas secara ekslusif.

Tamu yang ingin menyaksikan pertunjukan kali ini pun dibatasi. Pihak panitia hanya menyediakan 25 kursi dengan fasilitas ekslusif. Hal itu menurut petinggi KLG, Tanto Mendut,  pementasan kali ini memang sengaja dikemas demikian karena ini merupakan pertunjukan perdana secara sempurna baik dari sisi performance dan perangkat pendukungnya.

“Ini memang sengaja dikemas beda dari biasanya karena planning kita ke depan adalah pertunjukan dari para seniman yang berlatarbelakang petani ini nantinya layak jual,” katanya.

Ia berupaya memberdayakan para seniman Magelang yang setiap harinya hanya seorang petani di lereng sisi barat gunung Merapi itu, dan mereka memiliki kemampuan mengatur rasa yang justeru terlihat natural dan sempurna. “Walaupun mereka petani, tapi malam ini mereka berperan sebagai darah ningrat di sebuah kerajaan. Dan buktinya setiap ekspresi yang dikeluarkan sangat sempurna,” ujarnya seusai pementasan.

Pementasan yang disutradarai Sitras Anjilin ini rencananya akan digelar secara rutin setiap dua minggu sekali, pada tanggal 1 dan 15. “Dua minggu mendatang, akan kita tampilkan lagi performance lain dengan mengangkat tema kosmologi hewan yang hidup di sekitar lima gunung yang mengelilingi Borobudur,” kata Tanto.

General Manager Hotel Amanjiwo, Mark Swinton yang hadir secara khusus ke studio alam tersebut, saat ditemui Tribun Jogja seusai menyaksikan pementasan mengatakan, pertunjukannya sangat sempurna dan menyentuh hati, serta terlihat natural baik dari musik pengiring berupa Gamelan, dan lightingnya juga sudah sempurna.

“Bagus sekali, saya kira tadinya akan dikonsep untuk modern, ternyata tidak ada dancing modern, dan di sini semuanya natural. Saya kira orang-orang di sini sangat suka karena bagus sekali penampilannya,” kata manajer di salah satu hotel terbaik di Indonesia tersebut.

Menurut Mark, apabila ini dijadikan sebagai salah satu tujuan pariwisata seni di Jawa Tengah sudah memenuhi kualifikasi. “Untuk ditawarkan pada tamu cukup bagus, dan ke depan mungkin bisa diarahkan ke sini tapi tergantung konsepnya nanti,” katanya.
Guru Besar Ilmu Komunikasi sekaligus pemerhati budaya dunia dari Akita University Jepang, Prof Yosimi Miyake yang juga ikut menonton, mengatakan, pertunjukan yang digelar ini memiliki perbedaan dan kelebihan dibanding pertunjukan seni lain yang ada di dunia. Menurutnya, kaum bangsawan di sebuah kerajaan yang diperankan oleh para petani ini sangat sempurna.

“Saya sudah tidak terhitung menyaksikan pertunjukan kesenian wayang orang di Indonesia. Tapi di sini lebih bisa menikmati,” ujarnya.

Yoshimi mengungkapkan, cerita tentang arjuna menggoda seorang wanita juga gerakannya terlihat alami. “Saya sangat tertarik dengan semua gerakan tariannya. Dua hari lalu saya menyaksikan tarian Sendratari Ramayana di Prambanan, tapi saya lebih bisa menikmati dan mudah meresapi tarian di sini,” katanya.

Ia yang datang ke Indonesia dengan mengajak anaknya, Saina, mengaku beruntung dapat menyaksikan dan menikmati pertunjukan ini. “Ini merupakan kesempatan bagi anak saya, Saina, yang baru pertama datang ke Indonesia dan bisa menikmati performance sesempurna ini. Saya tidak mengira bisa ada kesempatan menonton pertunjukan di sini,” pungkas Yoshimi. (had)