• All
  • Seni Budaya
  • Gosip
  • Hukum dan Kriminal
gravatar

Sendang Batu Abad Tidak Pernah Kering

Sendang Batu Abad Tidak Pernah Kering

Di tengah bencana kekeringan yang melanda beberapa kecamatan di Kabupaten Magelang, bahkan di beberapa daerah di Indonesia, di Dusun Bumisegoro, Desa Borobudur, Rt 2 Rw 8A, Kecamatan Borobudur atau berada sekitar 1,5 kilometer sisi timur dari Candi Borobudur, terdapat sebuah kolam atau disebut oleh masyarakat dengan Sendang, tidak pernah kering walaupun terjadi musim kemarau panjang.

Lokasi sendang itu sendiri, berada di tebing sungai Sileng yang berhulu hingga pertemuan antara sungai Progo dan sungai Putih hingga ke puncak Gunung Merapi dan Gunung Merbabu.

Air yang jernih di Sendang tersebut juga dimanfaatkan oleh warga sekitar untuk kebutuhan hidup sehari-hari, mandi, mencuci, dan lain-lain. Warga juga mendirikan dua kamar mandi, untuk laki-laki dan perempuan di samping kolam ini, dengan cara memasang paralon dari dalam sendang kemudian disalurkan ke dalam bak kamar mandi.

Uniknya, walaupun air itu digunakan oleh hampir seluruh masyarakat sekitar Desa Borobudur khususnya di Dusun Bumisegoro sepanjang hari, airnya tidak pernah habis. Menurut penuturan tokoh masyarakat setempat, Basuki (49), saat menjelang subuh, air dalam kolam pada musim kemarau seperti saat ini tingginya mencapai satu meter, tapi karena digunakan oleh warga maka menjalang sore hanya tersisa setinggi 30 centimeter.

“Tapi walaupun digunakan hampir seharian penuh, airnya tidak pernah kering. Paling rendah hanya 30 centimeter. Nanti kalau pagi, akan kembali lagi setinggi satu meter,” katanya.

Dalam sendang berukuran sembilan kali tujuh meter ini juga terdapat sebuah batu, yang oleh warga setempat sejak 2008 lalu diberi nama Sendang Batu Abad. Menurut penuturannya, beberapa puluh tahun yang lalu batu tersebut pernah dipindahkan ke tempat lain, tapi pada pagi harinya, batu tersebut ternyata kembali ke tempat semula tanpa ada yang tahu siapa yang mengembalikannya.

“Sejak saat itu, maka dipanggillah sebanyak enam orang tokoh spiritual dari berbagai daerah untuk melakukan ritual tirakatan di tempat ini. Dan hasilnya, batu tersebut tidak boleh dipindahkan, karena apabila dipindahkan maka airnya tidak akan mengalir lagi,” ujarnya.

Basuki mengatakan, pada sendang Batu Abad tersebut, pernah dilakukan penelitian oleh sejumlah ahli dari UGM Yogyakarta, dan hasilnya ternyata di bawah pohon beringin yang ada di tepian sendang terdapat empat mata air yang selalu mengeluarkan air tanpa henti. Namun, kata Basuki, tidak diketahui darimana asal sumber mata air tersebut.

Sekitar sepuluh meter dari Batu Abad yang ada di tengah sendang, juga terdapat satu buah batu serupa. Namun oleh warga setempat saat ini batu itu ditutup menggunakan rumah-rumahan kecil yang terbuat dari kayu agar tetap terawat dan menghindari perbuatan orang-orang yang tidak bertanggungjawab.

Hingga kini, lokasi tersebut juga sering dikunjungi wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Candi Borobudur dan singgah ke desa wisata.

Kepala Desa Borobudur, Maladi mengatakan, pihak pemerintah desa telah berupaya merawatnya dengan cara membangun pondasi dan pagar tembok pada kolam tersebut. Karena sebelumnya hanya berupa tanah, sehingga airnya selalu meluber ke sungai Sileng dan terbuang sia-sia.

“Pemdes berupaya menjadikan Batu Abad ini sebagai salah satu tujuan wisata dalam program desa wisata ‘Tilik Ndeso’. Karena selain tempat tersebut memiliki fungsi besar bagi warga sekitar juga memiliki nilai sejarah yang belum terungkap hingga kini,” katanya.

Kasi Sejarah, Museum Kepurbakalaan, Bahasa, dan Perfilman, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Kabupaten Magelang, Titik Handayani mengatakan, Batu Abad tersebut memang hingga kini belum terdata dalam benda cagar budaya maupun situs sejarah di Kabupaten Magelang.

“Terimakasih atas infonya, hingga kini memang kami belum mendata tempat itu. Dan kami baru mengetahuinya. Besok Senin (19/9) kami akan mengecek ke lokasi, siapa tahu nanti ada penemuan baru,” katanya.(had)