• All
  • Seni Budaya
  • Gosip
  • Hukum dan Kriminal
gravatar

Harga Kentang Anjlok


Harga Kentang Anjlok


MAGELANG, TRIBUN - Akibat ekspansi kentang impor di sejumlah daerah, permintaan kentang lokal di Magelang, menurun hingga sekitar 45 persen. Kemudian juga berimbas pada harga kentang produksi dalam negeri pun anjlok.

Seorang tengkulak kentang asal Kecamatan Dukun, Munawaroh mengatakan, pasokan kentang biasanya diperoleh dari kawasan Dieng, Kabupaten Wonosobo. Selama sebulan terakhir, harga kentang yang sebelumnya mampu terjual Rp 6.500 hingga Rp 7.000 perkilogram ke pedagang grosiran, saat ini hanya mampu terjual Rp 4.000 hingga Rp 4.500 perkilogram.

Bahkan, kata Munawaroh (43), permintaan kentang yang sebelumnya minimal mencapai 15 karung perhari, saat ini hanya berkisar delapan karung hingga 10 karung perhari. Perkarung biasanya memuat sekitar 70 kilogram kentang.

"Para pembeli enggan membeli kentang lokal dalam jumlah besar karena saat ini sudah ada kentang impor dengan penawaran harga yang jauh lebih murah,” ujarnya, Kamis (13/10).

Penurunan harga dan permintaan ini, lanjutnya, sudah berlangsung selama sebulan terakhir. Munawaroh mengaku, kebanyakan konsumen langganannya berasal dari Yogyakarta. Menurut keterangan para pembeli tersebut, kentang impor yang berasal dari China hanya ditawarkan dengan harga Rp 3.000 perkilogram.

Hal serupa juga diungkapkan oleh Wulan (37), pedagang pengecer di Pasar Muntilan, Kecamatan Muntilan. Saat ini, harga kentang di tingkat pengecer hanya berkisar Rp 4.500 hingga Rp 5.000 perkilogram, jauh di bawah harga sebelumnya yang mampu mencapai Rp 7.000 hingga Rp 8.000 perkilogram.

“Selain karena adanya kentang impor di sejumlah daerah, menurut pedagang pengepul, penurunan harga ini terjadi karena di daerah-daerah sentra kentang seperti Kabupaten Wonosobo, tengah berlangsung panen raya kentang,” ujarnya.

Pedagang lain yang biasa menjajakan dagangannya di Sub Terminal Agribisnis Sewukan, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Istain(35) mengatakan sejauh ini, kentang impor belum beredar terlalu luas di wilayah Kabupaten Magelang. Namun, ketika nantinya ada pedagang yang menawarkan kentang impor, diapun dengan tegas tidak akan tertarik untuk membeli.

“Dari informasi yang saya peroleh, kentang impor itu berkualitas kurang bagus karena tidak enak dan kurang bagus untuk diolah sebagai bahan masakan. Kalau saya membeli dan menjualnya, saya khawatir nantinya justru akan muncul keluhan dari pelanggan,” ujarnya.

Menurutnya, dari pandangan luar saja, kentang impor memiliki bentuk fisik sama seperti kentang lokal. Namun, setelah dikupas, bagian dalamnya akan terlihat berwarna putih, berbeda dengan kentang lokal yang berwarna kuning. Kentang ini sulit diolah menjadi perkedel atau bahan baku sop karena mudah hancur, dan lembek.(Had)
Powered by Telkomsel BlackBerry®