
Mahasiswa Gelar Polling Pembangunan Pasar Rejowinangun
Mahasiswa Gelar Polling Pembangunan
Pasar Rejowinangun
99,36 Persen Responden Menyatakan
Keberatan
MAGELANG, TRIBUN – Kekisruhan
pembangunan Pasar Rejowinangun yang terbakar tiga tahun silam, membuat
kegundahan sejumlah aktifis mahasiswa yang tergabung dalam Jaringan Mahasiswa
untuk Advokasi (Jangan Suap). Mereka menggelar polling tanggapan dari para
pedagang pasar terkait harga los dan kios yang ditawarkan oleh Investor.
Ketua Tim Poling Jangan Suap, Slamet
Rohim menjelaskan, dalam polling yang digelar selama sepuluh hari tersebut,
menunjukkan angka 99,36 persen responden menyatakan keberatan atas harga
los-kios yang ditawarkan oleh pihak investor.
Kemudian, katanya, hasil lainnya
95,78 persen responden tidak memahami sosialisasi yang dilaksanakan Tim
Sosialisasi Pemkot Magelang, pada 26 September hingga 4 Oktober lalu.
Terutama mengenai layout tempat yang akan dibeli pedagang lama.
“Dan ada hasil lain bahwa 78,73
persen pedagang menyatakan tidak setuju dengan gambar bentuk los dan kios yang
akan dibangun. Dan 79,39 persen pedagang menyatakan akan memilih pindah tempat
atau akan menempati tetapi tidak akan membayar sebelum pasar dibangun,” kata
Slamet.
Slamet memaparkan, poling yang
dilaksanakan 4-13 Oktober tersebut melibatkan 484 responden dari sekitar 1.300
pedagang sesuai Data Dinas Pengelolaan Pasar (DPP) Tahun 2009. Tehnik yang
digunakan adalah wawancara tatap muka dan kuisoner, dengan penentuan responden
secara acak. Dalam polling dengan metode penelitian kualitatif, responden
disuguhi 10 pertanyaan.
“Dari hasil polling yang menunjukkan
pedagang lama keberatan dengan harga los-kios dan gambar (layout) yang
ditawarkan oleh investor, maka ‘Jangan Suap’ menuntut agar harga yang
ditawarkan ditinjau ulang serta gambar diperbaiki,” tegas mahasiswa FKIP
Universitas Tidar Magelang ini.
Namun, sambungnya, apabila pihak
Investor tidak mengakomodir tuntutan pedagang, maka pihaknya akan mengambil
langkah-langkah hukum.
Pemaparan hasil poling yang
dilakukan Jangan Suap ini, melibatkan beberapa LSM yang ada di Kota Magelang
antaralain pengurus LSM Forbes PM, Cicak Magelang dan kalangan pedagang. Mereka
mendukung langkah mahasiswa dalam mengadvokasi kepentingan pedagang yang selama
tiga tahun terakhir ini dianggap selalu terkebiri oleh berbagai kepentingan.
“Kita akan ikut mendampingi pedagang
dan mahasiswa. Salah satunya dengan adanya dugaan pelanggaran yang dilakukan
investor dalam penyebaran informasi soal pembangunan pasar. Dalam brosur yang
ada, tidak disebutkan pihak yang bertanggungjawab. Padahal dalam UU
Perlindungan Konsumen, hal tersebut perlu dicantumkan dalam iklan yang ada,”
kata Koordinator Forbes PM, Bintoro Dwi Prasetyo.
Seorang pedagang pakaian di Blok D
Pasar Penampungan yang hadir dalam pertemuan tersebut, Erna, berterima kasih
masih ada mahasiswa yang peduli dengan kepentingan pedagang. Karena paska
sosialisasi banyak pedagang yang stres dan frustasi setelah mengetahui harga
los-kios yang terlalu tinggi.
“Adanya poling ini, membuat suara
kami jadi bisa lebih terdengar. Karena ini suara semua pedagang lama korban
kebakaran. Semoga bisa didengar oleh investor dan Pemkot. Kalau memang tidak
didengar, ya kami sepakat untuk dilakukan upaya hukum, seperti keinginan
mahasiswa dan LSM,” kata Erna.
Dalam pertemuan tersebut, pedagang
juga membuat kesepakaan tidak akan membayar tanda jadi maupun uang muka sebelum
ada kepastian harga los-kios yang bisa diterima oleh mereka. Termasuk akan
mengadu ke Pusat Kajian Anti Korupsi (Pukat) UGM dan Pemrov Jateng. Mereka juga
memberi deadline kepada dewan, hingga Jumat (21/10) mendatang, untuk memberi jawaban
atas keberatan yang telah disampaikan Senin (10/10) lalu.
“Kita memberi waktu hingga Jumat
depan pada dewan untuk memberi jawaban atas aduan kami Senin lalu. Bagaimanapun
kita butuh segera jawaban,” tegas Sekretaris Paguyuban Pedagang Pasar Rejowinangun
Magelang (P3RM), Slamet Widodo.
Dosen Fakultas Hukum Universitas
Muhamadiyah Magelang, Kunsri Hastuti, berharap masing-masing pihak yang
berkepentingan dalam persoalan pembangunan pasar segera bisa bertemu. Guna
membicarakan hal-hal yang selama ini masih menjadi ganjalan. “Harapannya, dalam
pertemuan tersebut segera ada titik temu. Biar Magelang tetap kondusif dan
tidak ada gejolak terus menerus,” tuturnya.(had)