• All
  • Seni Budaya
  • Gosip
  • Hukum dan Kriminal
gravatar

Tembakau Srinthil Capai Rp 350 Ribu Perkilogram


Tembakau Srinthil Capai Rp 350 Ribu Perkilogram

TEMANGGUNG
, TRIBUN – Tembakau asal Temanggung yang saat ini mulai memasuki tahap unggulan, yaitu Srinthil telah mencapai harga tertinggi Rp 350 ribu perkilogram. Harga tersebut merupakan paling tinggi selama ini. Para pelaku bisnis tembakau baik dari petani maupun pedagang mentargetkan harga Srinthil yang diperkirakan akan berakhir bulan Oktober ini mencapai Rp 800.000 perkilogram.
Ketua Asosiasi Petani Tembakau (APTIJateng, Wisnubrata, Kamis (6/10), kepada Tribun Jogja mengatakan, hingga saat ini, tembakau jenis Srinthil di pasaran telah mencapai harga maksimal. “Ini adalah harga terbaik sepanjang sepuluh tahun terakhir di Temanggung, dan harga segitu adalah dari petani. Diharapkan akan lebih baik dibanding 2009 silam yang mencapai Rp 600.000 perkilogram,” katanya.
Menurutnya  berdasarkan catatan, masa kejayaan tembakau srinthil dialami pada tahun 1977 yang harganya mencapai Rp 12.000perkilogram, pada saat itu harga beli pupuk kandang satu truk hanya Rp 6.000, sehingga  satu kilogram srinthil bisa untuk beli pupuk duatruk.  Sementara saat ini harga pupuk kandang  satu  truk Rp 1.100.000 , sedang harga jual srinthil sudah mencapai sekitar Rp 350.000perkilogram.
Dalam kurun  sembilan tahun terakhir ini, petani dapat menikmati  tembakau srinthil mulai tahun 2002  (Rp.150.000 perkilogram), 2003 (Rp200.000 perkilogram),  2004 (Rp 250.000 perkilogram), 2006 (Rp.300.000 perkilogram), 2007 (Rp 350.000 perkilogram), 2008 (Rp 500.00perkilogram) dan 2009 ( Rp 600.000 perkilogram). Sedang tahun 2005 dan 2010 tidak keluar tembakau srinthil karena curah hujan tinggi, sehingga kualitasnya rendah.
"Panen sekarang srinthil hanya keluar sampai grade F saja, soalnya terpengaruh angin kencang dan panas yang sudah mulai berkurang,bahkan cenderung mendung, sehingga tidak sampai grade G dan H," tutur Subakir, petani di Dusun Lamuk, Desa Legoksari, Kecamatan Tlogomulyo, Temanggung

Berbeda dengan saat tahun 2009 lalu, tembakau srinthil bisa mencapai grade G dan H karena cuaca bagus. Jenis itu, kata Subakir, di pabrikan Gudang Garam terjual hingga harga Rp 800ribu hingga Rp 1 juta
 perkilogram.

"Kalau pada 2010 lalu tidak bisa sampai keluar srinthil karena terpengaruh cuaca ekstrem. Hujan sepanjang tahun itu membuat petani tembakau cenderung gagal panen,"katanya.

Sedangkan pada musim panen 2011 ini hasilnya cenderung bagus karena musim kemarau lebih panjang. 
Secara umum, harga tembakau pun cenderung tinggi, sekitar Rp 100 ribu perkilogram untuk grade D.
"Saya masih jual ke Djarum seharga sekitar Rp 120ribu perkilogram untuk grade D. Untuk akhir panen hingga sekitar sepekan ke depan, saya belum tahu apakah harganya akan turun atau tetap stabil. Soalnya belakangan mulai jarang panas," ujar Tiyok, petani asal Desa Tlahap, Kecamatan Kledung.

Menurut Agus, petani 
lain asal Kecamatan Tretep, Kabupaten Temanggung, hasil panen tembakau tahun ini justru di luar dugaan. Untuk tembakau dari Pegunungan Perahu, katanya, memang mentok hanya sampai grade E. Namun, menurutnya harga tembakau asal daerah itu biasanya hanya laku terjual seharga antara Rp 60ribu hingga Rp 80 ribu perkilogram, karena kualitasnya kurang bagus dibanding dari Desa Legoksari, Kecamatan Tlogomulyo.

"Namun tahun ini harga bisa tembus lebih dari Rp 100 ribu
 perkilogram. Ini sungguh di luar dugaan dan baru pertama kali terjadi di tahun ini," katanya.(had)