
Dahlan : Mobil Esemka Jangan Dikomersilkan Dulu
MAGELANG –
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Dahlan Iskan mengunjungi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Muhammadiyah 2 Borobudur Magelang untuk melihat langsung pembuatan mobil Esemka
yang telah dibuat sejak tahun 2009 itu, Jumat (13/1/2012).
Sesampai di
sekolah yang pada Kamis (12/1/2012) kemarin juga dikunjungi Ketua Umum Pengurus
Pusat (PP) Muhammadiyah, Din Syamsudin itu, Dahlan langsung melihat-lihat
mobil-mobil karya siswa yang diparkir di halaman sekolah. Ia mulai membuka kap
mobil dan melihat komponen mesin satu persatu.
Didampingi Kepala
Sekolah SMK Muhammadiyah 2 Borobudur, Yitno ST S Pd, ia yang datang dengan
memakai kemeja putih, bercelana hitam, bersepatu Kets yang didominasi warna hitam
dan putih itu terlihat bersemangat saat diperlihatkan alat cetakan sasis,
gudang engine, ruang perakitan, dan ruang praktek siswa dasar.
“Saya ke sini
karena minggu lalu saya mendengar informasi di Jakarta bahwa di SMK ini (SMK Muhammadiyah
2 Borobudur-Red) sudah bisa membuat
mobil sejak 2009, maka saya inginmembuktikannya dan ternyata benar,” ujarnya.
Kemudian Dahlan juga
berkesempatan mendriver mobil SUV Sang Surya dari halaman sekolah menuju masjid
yang berada di komplek sekolah tersebut untuk menjalankan ibadah shalat Jumat. “Ini
langsung saya bawa Jumatan ya, sekalian ngetes,”
ujarya sambil mendriver menuju masjid yang berjarak sekitar 300 meter, dengan
gayanya yang cekatan.
Seusai shalat
Jumat, ia langsung mendriver mobil tersebut menuju lapangan sekolah dengan
kecepatan tinggi dan sesekali terlihat melakukan zigzag. Kemudian sambil menunjukkan
senyumnya yang khas, ia dengan cepat turun dari mobil dan langsung menuju bengkel
milik sekolah yang sedang melakukan pengerjaan pemesanan Bus Panggung.
Tadi sudah saya
coba pakai ngepot-ngepot ternyata
cukup bagus. Tadi mau saya beli ternyata Pak Din (Din Syamsudin,Ketua Umum PP
Muhammadiyah-Red) sudah mau beli. Tapi
dia kan belinya Rp 196 juta, saya kan mau beli Rp 250 juta. Nanti biar Pak Din dibikinkan
lagi,” katanya.
Dahlan mengatakan,
bahwa mobil buatan siswa SMK ini harus didudukkan secara proporsional. Mobil ini
adalah proses pembelajaran dan proses menuju struktur masyarakat menjadi
presentasi teknik yang lebih besar. “Bukan dalam rangka industri atau produksi,”
ujarnya.
Ia juga
menegaskan, terkait minat produksi massal mobil Esemka, menurutnya hal itu
tidak boleh terlalu terburu-buru, karena semua ada prosesnya. Memang prestasi
ini harus didukung, karena ini adalah proses awal dari sebuah proses mobil
nasional. Tapi tetap harus berfikir sehat bahwa ini adalah proses pembelajaran.
“Ini adalah
sarana pendidikan dan pembelajaran, jangan diemosionalkan produk dan sebuah
industri, nanti tidak proporsional,” katanya.
Mantan Dirut PLN
ini mengatakan, sebenarnya anak-anak SMK sangat terampil, namun mobil nasional
(mobnas) jangan terlebih dahulu dijadikan nilai komersil. Nanti kalau sudah
sangat terampil baru dipersilakan.
Menurutnya, di Indonesia
struktur masyarakatnya perlu diubah. Sekarang ini, katanya, prosentase yang bergerak
di bidang teknik terlalu rendah. Padahal di negara-negara maju struktur
masyarakatnya prosentase yang bergerak di bidang teknik bisa sampai 25 persen. “Kita
baru sekitar 12 hingga 15 persen,” ujarnya.
Adanya prestasi yang
ditorehkan SMK ini, lanjut Dahlan, dipastikan remaja-remaja yang lain akan tertarik,
dan ini juga mampu menjadi daya tarik masyarakat di bidang teknik semakin besar.
Tentunya, struktur masyarakat pelan-pelan akan mengalami perubahan.
“Karena kalau
masyarakat yang bergerak di bidang teknik lebih besar nantinya masyarakat kita
akan berfikir lebih logik, berpikirnya lebih sehat dan kreatif, dan itulah
modal kita untuk maju,” tegasnya.
Maka, langkah
pemerintah melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan untuk mengembangkan program
seperti ini dinilai mampu membuat daya tarik dan ketrampilan bidang teknik yang
luar biasa bagi masyarakat.
“Sehingga nanti
orientasi masyarakat bisa berubah, dari orientasi yang hanya sosial dan politik
ke orietasi teknik. Karena kalau masyarakat hanyatertarik di bidang politik, nanti
negara ini tidak maju-maju, ribut saja begitu,” katanya.
Saat Tribun Jogja
bertanya mengenai langkah Kementrian BUMN apakah ingin ikut serta melakukan
pendampingan dalam pengembangan pendidikan SMK terutama pembuatan mobil Esemka
di Indonesia, mengingat kehadirannya di SMK tersebut adalah sebagai Mentri
BUMN, Dahlan menyanggah, “Dikbud itu anggarannya luar biasa. Kalau membikin
pabrik di sini namanya bukan belajar lagi, itu sudah produksi, jadi harus
didudukkan pada proporsi.” (had)