• All
  • Seni Budaya
  • Gosip
  • Hukum dan Kriminal
gravatar

Relief Pada Bangunan Candi Borobudur Salah Tempat

MAGELANG, TRIBUN – Pemugaran bangunan Candi Borobudur yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1907-1911 dipimpin oleh Theodore Van Erp, menyisakan pemasangan batu relief yang tidak sesuai posisinya. Sehingga, alur cerita yang terdapat pada dinding-dinding candi tersebut terputus. Sayangnya, pemugaran kembali yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1973-1983 tidak menyentuh kesalahan pemasangan tersebut.

Koordinator Kelompok Kerja (Pokja) Pemeliharaan, Balai Konservasi Peninggalan Borobudur (BKPB), Nahar Cahyandaru, saat ditemui Tribun Jogja, Jumat (27/1) mengatakan, pemugaran yang dilakukan oleh Theodore Van Erp terdapat pada bagian lantai 8-10 dan lantai 1-2, sedangkan pemugaran oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1973-1983 dilakukan pada bagian lantai 3-7.

Dari hasil pengamatan dan identifikasi yang dilakukan oleh BKPB pada Rabu (25/1) kemarin, ditemukan kesalahan yang cukup signifikan di lantai 1 dan 2 yang telah dipugar oleh kolonial Belanda. Untuk sementara, pihaknya telah menemukan tujuh blok batu relief dan batu baru yang salah pasang.

“Kesalahan itu sangat jelas menonjol, karena di bagian dinding yang seharusnya berjajar batuan polos justeru dipasang batu relief, begitu pula sebaliknya batu yang seharusnya barisan relief dipasang batu polos,” katanya.

Ia mengatakan, satu batu yang salah pasang bahkan baru diketahui ketika BKPB membongkar dan memperbaiki lantai selasar di lantai 2 candi sisi barat. Kesalahan lain, misalnya yang seharusnya batu relief tersebut dipasang di lantai dua, dipasang di tempat lain seperti di lantai 4-5-6. Begitupula dinding sisi tenggara juga ditemukan batu yang seharusnya relief diisi batu polos baru.

“Di antara batu-batu polos yang dipasang sebagai batu lantai, kami juga menemukan ada batu berelief yang dipasang terbalik sehingga bagian datarnya menghadap ke atas dan bagian reliefnya menghadap ke bawah,” ujar Nahar.

Sampai saat ini, lanjutnya, dari sekian ribu relief yang terdapat pada bangunan candi, masih banyak yang belum diketahui isi ceritanya, dan hanya beberapa persen yang sudah diketahui.

Nahar mengatakan, kesalahan pemasangan batu tersebut diduga terjadi karena pemugaran yang dilakukan dengan terburu-buru karena hanya dilaksanakan dalam waktu empat tahun. Tidak hanya di lantai 1 dan 2, diduga kesalahan pemasangan batu ini juga terjadi pada bagian lainnya yang dipugar oleh Van Erp.

Hingga kini, pihak BKPB juga belum menentukan langkah berikutnya terkait kesalahan-kesalahan tersebut. "Sampai saat ini, kita belum ada program untuk mengambil titik yang salah itu untuk dipasang sesuai tempatnya, karena itu butuh penelitian mendalam lagi. Begitu pula kita juga belum tahu apakah akan dibiarkan begitu saja sebagai bagian sejarah pemugaran Candi Borobudur," katanya.

Koordinator Pokja Dokumentasi, Yudi Suhartono menambahkan, saat ini juga masih ada sekitar 10.000 batu yang belum dipasang di Candi Borobudur, dan sekarang telah disimpan di Museum Karmawibhangga, di kompleks Taman Wisata Candi Borobudur. Hal itu dilakukan karena pihak BKPB belum mengetahui posisi batu tersebut dalam bangunan candi secara pasti.

Yudi mengatakan, hal itu disebabkan, di setiap bentuk relief itu memiliki makna. Bahkan setiap stupa yang terdapat lubang berbentuk segi empat, segi tiga, dan stupa yang tertutup, semuanya memiliki makna. Contohnya, di dinding selasar lantai 1 dan 2, terdapat 160 panel relief Karmawibhangga yang menggambarkan sebuah rangkaian cerita hukum sebab akibat kehidupan manusia.

Maka, lanjutnya, untuk melakukan pemasangan maupun pembenahan batu tersebut, membutuhkan waktu dan pendalaman yang lebih komprehensif. Dari 10.000 batu tersebut, sekitar 160 batu adalah batu berelief, yang sebagian diantaranya berelief rangkaian cerita. Hingga saat ini, baru 25 batu berelief yang dapat dipasang.

Candi Borobudur sendiri memiliki 1.460 panel relief cerita yang tersusun dalam 11 deretan mengitari bangunan candi dan relief dekoratif berupa relief hias sejumlah 1.212 panel. Relief cerita pada tingkat Kamadhatu (kaki candi), menggambarkan perilaku manusia yang masih terkait oleh nafsu duniawi. Kemudian tingkat beikutnya adalah Karmawibhangga yang berada di lantai dua.

Tingkat Rupadhatu (badan candi) mewakili dunia antara, yang menggambarkan perilaku manusia yang sudah mulai meninggalkan keinginan duniawi akan tetapi masih terikat oleh dunia nyata. Pada tingkat ini, dipahatkan 1.300 panel yang terdiri dari relief Lalitavistara, Jataka, Avadana, dan Gandawyuha.(had)