
Angka Kemiskinan Magelang Diprediksi Meningkat
MAGELANG,
TRIBUN – Angka kemiskinan di wilayah Kabupaten Magelang tahun 2011 diperkirakan
akan mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut didasarkan atas adanya musibah
erupsi Gunung Merapi dan banjir lahar dingin.
“Kalau dilihat,
ekonomi secara nasional memang cukup membaik. Tapi di tingkat lokal karena ada
bencana kemungkinan akan meningkat. Kita belum mengetahui data pastinya, karena
hingga kini kami belum menerima data terbaru dari pemerintah pusat,
informasinya akan turun akhir Januari lalu tapi sampai sekarang belum
menerima,” kata Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(Bappeda)
Kabupaten Magelang, Rohadi Pratono, Sabtu (11/2).
Rohadi
menyebutkan, akibat bencana erupsi saja jumlah kerugian akibat kerusakan
mencapai Rp 546.310.000.000. Sementara untuk banjir lahar dingin, mencapai
868,84 milyar. Sedangkan jumlah penduduk dari sensus 2010 lalu mencapai
1.181.783 jiwa, terdiri dari 594.177 laki-laki dan 587.606 perempuan.
Di tahun 2010,
angka kemiskinan bay name di Kabupaten Magelang mencapai 14,14 persen.
Beberapa kecamatan yang masih mendapatkan kategori miskin adalah kecamatan
Grabag, Secang, Bandongan, dan Kaliangkrik yang rata-rata mencapai 34,41 hingga
36,64 persen.
“Untuk tahun
kemarin (2010_Red), ternyata kita masih kalah dengan Kabupaten Temanggung yang
hanya 13,46 persen,” ujarnya.
Ia
mengungkapkan, faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan angka kemiskinan
dalam skala bencana ini disebabkan masih minimnya lapangan kerja, pertanian
yang rusak, dan infrastruktur yang tidak memadai.
Ketua Komisi D
DPRD Kabupaten Magelang, Mashari mengatakan, apabila angka kemiskinan
diprediksi meningkat yang disebabkan oleh bencana, itu wajar. Namun yang perlu
dicermati apakah semua titik kemiskinan tersebut berasal dari wilayah bencana.
“Apabila
ternyata nanti ditemukan titik kemiskinan yang ternyata juga bukan berasal dari
wilayah bencana, maka itu membuktikan bahwa program yang selama ini dibuat
tidak berjalan maksimal,” katanya, Senin (13/2).
Mashari juga
mengungkapkan, petugas yang mendata di lapangan selama ini banyak yang masih
belum mencapai tingkat validasi. Sehingga tinggi maupun rendahnya perbedaan
angka kemiskinan dari tahun sebelumnya masih perlu ada perhatian.
“Kita sering
temukan telah dimasukkan orang-orang di lapangan yang ternyata tidak mampu,”
imbuhnya.(had)