Banjir dan Longsor Intai MAgelang-Temanggung
MAGELANG, TRIBUN - Banjir dan longsor terjadi di Kabupaten
Magelang dan Temanggung, Minggu (12/2) sore dan malam. Akibat kejadian ini,
empat rumah rusak, dan lima rumah terancam terdampak longsor.
Di Kabupaten Magelang, banjir terjadi Dusun Legoksari, Desa Windusari, Kecamatan Windusari, Minggu (12/2) sore. Dua rumah yang rusak masing-masing adalah milik Nurul (23), dan Khoti'ah (50).
Salah seorang saksi mata, Wina (30), mengatakan, banjir tersebut sebelumnya didahului oleh hujan deras. Setelah turun hujan lebih dari satu jam, dia melihat air mengalir dari Bukit Giyanti di sisi timur permukiman warga. Ketika sampai di bawah, air sempat menggenang seperti banjir setinggi lutut. Namun, tak berapa lama, aliran air bertambah deras dengan membawa material tanah, kayu, dan batu-batu besar.
“Sampai di bawah, air bercampur material tersebut menyembur seperti air bah, menerjang rumah milik Bu Khoti'ah dan Nurul,” ujarnya, Senin (13/2).
Terjangan air bah ini hanya berlangsung beberapa menit dan setelah itu air langsung surut. Kerusakan terparah terjadi pada rumah Bu Khoti'ah, di mana hampir separuh bangunan ambrol.
Di Dusun Gedegan, Desa Windusari, empat rumah terancam tertimbun longsoran, dan satu rumah terancam longsor karena bangunan hanya berjarak kurang dari satu satu meter dari tebing. Tinggi tebing berkisar 15-20 meter.
Sekretaris Desa Windusari, Warmanto, mengatakan, bencana longsor masih berpotensi terjadi karena di tebing tersebut telah nampak rekahan tanah selebar 10 sentimeter, sepanjang 15 meter. Saat ini, warga sudah berupaya maksimal menutup rekahan tanah tersebut, tapi saat hujan deras rekahan tanah bisa kembali terbuka dan longsor masih rawan terjadi karena kondisi tanah yang cenderung labil.
Warmanto mengatakan, semua warga baik yang sudah menjadi korban maupun yang terancam terkena banjir dan tanah longsor, sudah diimbau untuk mengungsi ke Balai Desa Windusari. Namun, warga menolak dan memilih menumpang tinggal di rumah kerabat atau tetangga yang masih berdekatan dengan tempat tinggalnya semula.
Selain itu, pada hari yang sama, longsor juga terjadi di lahan pertanian milik warga, yang banyak ditanami pohon bambu. Dalam pengamatan kemarin, terdapat sedikitnya tujuh titik longsor di ruas jalan raya Desa Windusari, dan di tiga titik diantaranya, longsoran tanah tampak menutupi separuh jalan.
Sementara di Kabupaten Temanggung, longsor terjadi di Dusun Lamuk, dan Dusun Jurang, di Desa Kalimanggis, Kecamatan Kaloran. Dua rumah yang rusak terdampak longsor di dua dusun tersebut, masing-masing adalah milik Rianto (50), dan Ny Maryatun (60).
Kepala seksi Penanganan Darurat dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Temanggung, Eko Suprapto mengatakan, sekalipun hujan tidak turun setiap hari, namun dengan kejadian ini, warga diminta untuk tetap waspada dan mengamati potensi longsor di sekitar daerah tempat tinggalnya.(had)
Di Kabupaten Magelang, banjir terjadi Dusun Legoksari, Desa Windusari, Kecamatan Windusari, Minggu (12/2) sore. Dua rumah yang rusak masing-masing adalah milik Nurul (23), dan Khoti'ah (50).
Salah seorang saksi mata, Wina (30), mengatakan, banjir tersebut sebelumnya didahului oleh hujan deras. Setelah turun hujan lebih dari satu jam, dia melihat air mengalir dari Bukit Giyanti di sisi timur permukiman warga. Ketika sampai di bawah, air sempat menggenang seperti banjir setinggi lutut. Namun, tak berapa lama, aliran air bertambah deras dengan membawa material tanah, kayu, dan batu-batu besar.
“Sampai di bawah, air bercampur material tersebut menyembur seperti air bah, menerjang rumah milik Bu Khoti'ah dan Nurul,” ujarnya, Senin (13/2).
Terjangan air bah ini hanya berlangsung beberapa menit dan setelah itu air langsung surut. Kerusakan terparah terjadi pada rumah Bu Khoti'ah, di mana hampir separuh bangunan ambrol.
Di Dusun Gedegan, Desa Windusari, empat rumah terancam tertimbun longsoran, dan satu rumah terancam longsor karena bangunan hanya berjarak kurang dari satu satu meter dari tebing. Tinggi tebing berkisar 15-20 meter.
Sekretaris Desa Windusari, Warmanto, mengatakan, bencana longsor masih berpotensi terjadi karena di tebing tersebut telah nampak rekahan tanah selebar 10 sentimeter, sepanjang 15 meter. Saat ini, warga sudah berupaya maksimal menutup rekahan tanah tersebut, tapi saat hujan deras rekahan tanah bisa kembali terbuka dan longsor masih rawan terjadi karena kondisi tanah yang cenderung labil.
Warmanto mengatakan, semua warga baik yang sudah menjadi korban maupun yang terancam terkena banjir dan tanah longsor, sudah diimbau untuk mengungsi ke Balai Desa Windusari. Namun, warga menolak dan memilih menumpang tinggal di rumah kerabat atau tetangga yang masih berdekatan dengan tempat tinggalnya semula.
Selain itu, pada hari yang sama, longsor juga terjadi di lahan pertanian milik warga, yang banyak ditanami pohon bambu. Dalam pengamatan kemarin, terdapat sedikitnya tujuh titik longsor di ruas jalan raya Desa Windusari, dan di tiga titik diantaranya, longsoran tanah tampak menutupi separuh jalan.
Sementara di Kabupaten Temanggung, longsor terjadi di Dusun Lamuk, dan Dusun Jurang, di Desa Kalimanggis, Kecamatan Kaloran. Dua rumah yang rusak terdampak longsor di dua dusun tersebut, masing-masing adalah milik Rianto (50), dan Ny Maryatun (60).
Kepala seksi Penanganan Darurat dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Temanggung, Eko Suprapto mengatakan, sekalipun hujan tidak turun setiap hari, namun dengan kejadian ini, warga diminta untuk tetap waspada dan mengamati potensi longsor di sekitar daerah tempat tinggalnya.(had)
