
Kenaikan Harga BBM Tidak Akan Merubah Tarif Hotel
MAGELANG, TRIBUN – Rencana pemerintah pusat menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada bulan April mendatang, dipastikan akan mempengaruhi industri perhotelan walaupun dampaknya tidak terlalu besar. Hal itu diungkapkan Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Magelang, Edi Hamdani, Senin (19/3).
Menurutnya, dampak yang akan terkena langsung pada usaha perhotelan adalah meningkatnya tarif dasar listrik (TDL) dan kebutuhan pokok yang merupakan elemen penting dalam bisnis hotel. Selain itu, biaya operasional lain termasuk gaji karyawan yang mendominasi pengeluaran hotel juga dipastikan akan meningkat.
“Tapi, kenaikan BBM akan sangat memengaruhi pergerakan tarif listrik, gas, dan harga makanan serta minuman (Food & Beverage). Ini yang perlu diwaspadai, dan pengusaha hotel sudah siap-siap dengan perubahan itu,” ujar General Manager GM Hotel Wisata ini.
Ia menjelaskan, penggunaan BBM di hotel memang hanya untuk menghidupkan genset di kala listrik padam. Ini pun tidak semua hotel memiliki. Sementara penggunaan listrik, cukup banyak sekitar 12-15 persen, gas sekitar 10 persen, dan yang paling besar gaji pegawai.
“Yang tidak kalah terpengaruhnya adalah makanan dan minuman (F&B). Terutama hotel berbintang yang menyediakan paket F&B tentu akan sangat keberatan karena harga kebutuhan dipastikan turut naik,” katanya.
Terkait dampak terhadap tarif kamar, Edi menyatakan, kenaikan BBM tidak serta merta menaikan tarif. Ada pertimbangan tersendiri untuk menaikannya, salah satunya melihat kondisi pasar.
“Soal tarif, kami sangat hati-hati. Kalau gegabah naikan tarif, justru akan menjadi boomerang. Perlu melihat semua sisi untuk menentukannya. Sementara belum ada arah ke sana,” tegasnya.
Asisten GM Hotel Trio Magelang, Satyo menuturkan, naik atau turunnya harga BBM sangat memengaruhi biaya operasional hotel. Bagaimanapun, BBM adalah urat nadi yang memiliki pengaruh sangat besar.
“Secara langsung memang tidak memakai BBM, tapi energi lain yang digunakan akan turut naik seiring kenaikan BBM tersebut. Misalnya, listrik, gas, dan kebutuhan dipastikan naik,” katanya.
Namun, pengusaha hotel tidak perlu hanya meratapi kebijakan pemerintah tersebut. Justru, mereka dituntut bagaimana caranya biaya (cost) yang dikeluarkan tidak terlalu membengkak dan masih bisa mendapat keuntungan.
“Misalnya, penghematan energi, membeli langsung kebutuhan pokok di sumbernya dengan harga lebih murah, dan meningkatkan pelayanan kepada tamu. Kemungkinan, tamu akan berkurang karena mereka juga hemat biaya wisata. Tapi dengan pelayanan prima, optimis tamu tetap akan banyak,” jelasnya.
Sementara itu, Owner Rumah Makan Bu Tatik, Soeharso mengaku belum memiliki langkah terkait rencana kenaikan harga BBM. “Kami belum bisa berbuat banyak. Karena kalau harga menu makanan dinaikkan, kita juga kasihan sama masyarakat. Di sisi lain biaya operasional kita juga pasti meningkat,” ujarnya.(had)
Menurutnya, dampak yang akan terkena langsung pada usaha perhotelan adalah meningkatnya tarif dasar listrik (TDL) dan kebutuhan pokok yang merupakan elemen penting dalam bisnis hotel. Selain itu, biaya operasional lain termasuk gaji karyawan yang mendominasi pengeluaran hotel juga dipastikan akan meningkat.
“Tapi, kenaikan BBM akan sangat memengaruhi pergerakan tarif listrik, gas, dan harga makanan serta minuman (Food & Beverage). Ini yang perlu diwaspadai, dan pengusaha hotel sudah siap-siap dengan perubahan itu,” ujar General Manager GM Hotel Wisata ini.
Ia menjelaskan, penggunaan BBM di hotel memang hanya untuk menghidupkan genset di kala listrik padam. Ini pun tidak semua hotel memiliki. Sementara penggunaan listrik, cukup banyak sekitar 12-15 persen, gas sekitar 10 persen, dan yang paling besar gaji pegawai.
“Yang tidak kalah terpengaruhnya adalah makanan dan minuman (F&B). Terutama hotel berbintang yang menyediakan paket F&B tentu akan sangat keberatan karena harga kebutuhan dipastikan turut naik,” katanya.
Terkait dampak terhadap tarif kamar, Edi menyatakan, kenaikan BBM tidak serta merta menaikan tarif. Ada pertimbangan tersendiri untuk menaikannya, salah satunya melihat kondisi pasar.
“Soal tarif, kami sangat hati-hati. Kalau gegabah naikan tarif, justru akan menjadi boomerang. Perlu melihat semua sisi untuk menentukannya. Sementara belum ada arah ke sana,” tegasnya.
Asisten GM Hotel Trio Magelang, Satyo menuturkan, naik atau turunnya harga BBM sangat memengaruhi biaya operasional hotel. Bagaimanapun, BBM adalah urat nadi yang memiliki pengaruh sangat besar.
“Secara langsung memang tidak memakai BBM, tapi energi lain yang digunakan akan turut naik seiring kenaikan BBM tersebut. Misalnya, listrik, gas, dan kebutuhan dipastikan naik,” katanya.
Namun, pengusaha hotel tidak perlu hanya meratapi kebijakan pemerintah tersebut. Justru, mereka dituntut bagaimana caranya biaya (cost) yang dikeluarkan tidak terlalu membengkak dan masih bisa mendapat keuntungan.
“Misalnya, penghematan energi, membeli langsung kebutuhan pokok di sumbernya dengan harga lebih murah, dan meningkatkan pelayanan kepada tamu. Kemungkinan, tamu akan berkurang karena mereka juga hemat biaya wisata. Tapi dengan pelayanan prima, optimis tamu tetap akan banyak,” jelasnya.
Sementara itu, Owner Rumah Makan Bu Tatik, Soeharso mengaku belum memiliki langkah terkait rencana kenaikan harga BBM. “Kami belum bisa berbuat banyak. Karena kalau harga menu makanan dinaikkan, kita juga kasihan sama masyarakat. Di sisi lain biaya operasional kita juga pasti meningkat,” ujarnya.(had)