Museum OHD Masuk MURI
MAGELANG, TRIBUN – Museum terbaru Oei Hong Djien (OHD), di Jalan Jenggolo Kota Magelang, telah resmi dibuka untuk khalayak umum oleh Wali Kota Magelang, Ir Sigit Widyonindito MT, Kamis (5/4). Peresmian museum ketiga ini sekaligus menyabet sertifikat Museum Rekor - Dunia Indonesia (MURI) kategori museum bekas gudang tembakau yang dijadikan sebagai museum.
Ketua MURI, Jaya Suprana yang hadir dalam grand opening museum OHD mengatakan, museum ini layak masuk rekor karena memiliki keunikan yang baru pertama ditemukan. Kategori yang diterapkan adalah kategori bekas gudang tembakau yang dibuat menjadi museum seni rupa. Gudang tembakau ini sendiri, dibangun sejak tahun 1940-an.
“Ini adalah yang pertama di Indonesia bahkan di dunia adanya gudang tembakau dijadikan sebagai museum. Selain itu juga museum seni rupa dengan koleksi terlengkap di Indonesia bahkan di dunia,” katanya.
Pendiri museum OHD, dr Oei Hong Djien mengatakan, dengan didirikannya museum ketiga ini, diharapkan ke depan menjadi pusat pembelajaran para generasi muda dalam memahami karya seni rupa Indonesia.
"Dengan adanya museum ini, saya berharap dapat menunjang sejarah seni lukis modern Indonesia. Ini bisa menjadi tempat untuk meneliti hingga belajar tentang karya-karya maestro Indonesia," katanya.
Bekas gudang tembakau ini juga tak luput dari besutan para seniman Magelang untuk melakukan pemugaran dan penataan ruang dalam museum. Museum OHD memiliki lebih dari dua ribu koleksi karya seni rupa yang berbentuk instalasi, lukisan, patung, dan keramik. Namun ia hanya menampilkan sekitar 120 lukisan karena keterbatasan galeri.
Dari jumlah tersebut, karya-karya lima maestro pelukis Indonesia, Affandi, S Sudjojono, Hendra Gunawan, H Widayat, dan S Soedibio, dan sejumlah karya seniman modern dan kontemporer lainnya terpajang rapih.
"Semua koleksi telah saya kumpulkan sejak 1965 hingga sekarang. Lima maestro masih menjadi suguhan yang ditonjolkan di museum seni ini," ujar Pak Oei panggilan akrab dr OHD.
Wali Kota Magelang, dalam sambutannya di hadapan ribuan tamu undangan pada grand opening tersebut mengatakan, museum OHD merupakan aset yang bukan hanya milik Magelang saja, namun juga Indonesia dan dunia.
“Aset ini bukan hanya dimiliki Magelang tapi Indonesia dan dunia. Saya berharap nantinya dapat memberikan kesejahteraan masyarakat sekitar. Juga harapannya dengan adanya museum ini menjadikan Kota Magelang sebagai kota budaya sesuai harapan pak OHD,” kata Sigit.
Dalam kesempatan tersebut, Manajer Eksekutif Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) dari Kelompok Kompas Gramedia (KKG) Chandra Gautama juga menyerahkan secara simbolis dua buku yang ditulis oleh dr Oei Hing Djien berjudul Arts and Collecting Art, dan Five Maestros of Modern Indonesian Art. Buku tersebut berisi tentang pengetahuan tentang seni dan penghargaan kepada seniman-seniman Indonesia.(had)
Ketua MURI, Jaya Suprana yang hadir dalam grand opening museum OHD mengatakan, museum ini layak masuk rekor karena memiliki keunikan yang baru pertama ditemukan. Kategori yang diterapkan adalah kategori bekas gudang tembakau yang dibuat menjadi museum seni rupa. Gudang tembakau ini sendiri, dibangun sejak tahun 1940-an.
“Ini adalah yang pertama di Indonesia bahkan di dunia adanya gudang tembakau dijadikan sebagai museum. Selain itu juga museum seni rupa dengan koleksi terlengkap di Indonesia bahkan di dunia,” katanya.
Pendiri museum OHD, dr Oei Hong Djien mengatakan, dengan didirikannya museum ketiga ini, diharapkan ke depan menjadi pusat pembelajaran para generasi muda dalam memahami karya seni rupa Indonesia.
"Dengan adanya museum ini, saya berharap dapat menunjang sejarah seni lukis modern Indonesia. Ini bisa menjadi tempat untuk meneliti hingga belajar tentang karya-karya maestro Indonesia," katanya.
Bekas gudang tembakau ini juga tak luput dari besutan para seniman Magelang untuk melakukan pemugaran dan penataan ruang dalam museum. Museum OHD memiliki lebih dari dua ribu koleksi karya seni rupa yang berbentuk instalasi, lukisan, patung, dan keramik. Namun ia hanya menampilkan sekitar 120 lukisan karena keterbatasan galeri.
Dari jumlah tersebut, karya-karya lima maestro pelukis Indonesia, Affandi, S Sudjojono, Hendra Gunawan, H Widayat, dan S Soedibio, dan sejumlah karya seniman modern dan kontemporer lainnya terpajang rapih.
"Semua koleksi telah saya kumpulkan sejak 1965 hingga sekarang. Lima maestro masih menjadi suguhan yang ditonjolkan di museum seni ini," ujar Pak Oei panggilan akrab dr OHD.
Wali Kota Magelang, dalam sambutannya di hadapan ribuan tamu undangan pada grand opening tersebut mengatakan, museum OHD merupakan aset yang bukan hanya milik Magelang saja, namun juga Indonesia dan dunia.
“Aset ini bukan hanya dimiliki Magelang tapi Indonesia dan dunia. Saya berharap nantinya dapat memberikan kesejahteraan masyarakat sekitar. Juga harapannya dengan adanya museum ini menjadikan Kota Magelang sebagai kota budaya sesuai harapan pak OHD,” kata Sigit.
Dalam kesempatan tersebut, Manajer Eksekutif Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) dari Kelompok Kompas Gramedia (KKG) Chandra Gautama juga menyerahkan secara simbolis dua buku yang ditulis oleh dr Oei Hing Djien berjudul Arts and Collecting Art, dan Five Maestros of Modern Indonesian Art. Buku tersebut berisi tentang pengetahuan tentang seni dan penghargaan kepada seniman-seniman Indonesia.(had)
