• All
  • Seni Budaya
  • Gosip
  • Hukum dan Kriminal
gravatar

Warga Pesisir Samas Bangun Bendungan Mandiri

BANTUL, TRIBUN – Warga pesisir pantai Samas, Sanden, Kabupaten Bantul, Jumat (16/8) siang bergotongroyong membuat bendungan di Sungai Opak untuk mengurangi arus air laut yang menggerus permukiman penduduk.

Mereka membungkus batu karang dan pasir laut ke dalam karung-karung. Untuk bungkusan batu karang, mereka harus memanggulnya menuju lokasi bendungan. Sedangkan pasir laut, diangkut menggunakan perahu.

Sementara bendungan, dibuat secara sederhana dengan menancapkan batang bambu membelah aliran air sungai Opak dengan lebar sekitar 50 meter. Untuk dana, mereka melakukan iuran secara sukarela.

Menurut penuturan seorang tokoh warga pantai Samas, Rujito (51), warga nekad membangun bendungan sendiri karena sudah banyak rumah warga yang hancur akibat terjangan abrasi, namun hingga kini Pemkab Bantul belum juga mengambil tindakan.

Ia menyebutkan, terhitung ada sebanyak 15 rumah yang hancur maupun hilang akibat abrasi Sungai Opak serta hantaman gelombang pantai laut selatan tersebut.

“Kalau menunggu pemerintah, saya yakin sampai rumah di sini habis tidak akan ada tindakan, bahkan sampai gigi saya habis juga ga aka nada,” kata Rujito  saat ditemui di sela aktivitasnya mengikuti gotong royong.

Rujito menjelaskan, bendungan ini bukan untuk menghentikan aliran sungai Opak, namun hanya untuk mengurangi debit aliran air yang menghantam pemukiman mereka. Sebab menurutnya, apabila tidak dibendung, derasnya arus akan semakin keras menghantam rumah-rumah penduduk.

Setelah bendungan selesai dibangun, lanjut Rujito, mereka akan mengeruk endapan pasir yang selama ini menghalangi aliran air sungai di muara awal. Mereka berencana akan membuat ‘kendangan’ calon muara sehingga aliran air tidak lagi berbelok ke pemukiman mereka.

“Nanti untuk pengerukan, kami rencananya akan menyewa alat berat. Uang yang terkumpul dari iuran warga memang kami gunakan untuk itu,” katanya.

Rujito bersama warga lain menyesalkan sikap pemerintah yang tidak merespon keinginan mereka agar dibuatkan Kendangan di muara awal agar aliran air tidak mengarah ke pemukiman mereka. Namun permintaan tersebut tidak pernah direspon, bahkan masyarakat dibiarkan melawan sendiri ganasnya gelombang pantai selatan.

Sementara itu, Kepala badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bapeda) Bantul, Tri Saktiyana menuturkan, pemerintah memang belum mengambil tindakan apapun terkait dengan pantai selatan Bantul, termasuk Pantai Samas. Karena pihaknya menunggu master plan penataan kawasan pantai selatan.

“Dua atau tiga bulan lagi master plan tersebut jadi. Kalau sudah ada dasarnya, baru kami akan bertindak,” katanya saat ditemui di komplek Setda Bantul.

Meski belum jadi master plan-nya, namun ia memastikan sikap dari Pemkab hanya akan melakukan relokasi terhadap masyarakat yang tinggal di Pantai Samas tersebut. Karena menurutnya, pantai selatan tidak mungkin dilawan. Jika dilawan akan mengeluarkan biaya yang cukup besar.

Tri menyebutkan, berdasarkan pengalaman di Kabupaten Kulonprogo yang membuat pemecah gelombang dan talud pantai selatan, biaya sangat mahal dan beberapa kali gagal. Untuk itu, Pemkab Bantul tidak akan melakukan hal yang sama dan hanya akan relokasi kepada masyarakat tersebut.

“Patuhilah aturan pemerintah. Kalau mau tinggal di sana, minimal dua ratus meter dari spadan pantai,” kata Tri.(had)